Mereka "mengemis" dibelikan 2 buah kaleng minuman atas dalam cara yang tidak pantas.
Masih dengan topik yang sama, pembuatan passpor di Kantor Imigrasi Kelas I Pekanbaru. Kali itu, saya bersama seorang teman pergi untuk mengambil passpor pada hari yang dijanjikan, Selasa - asal tahu saja, sebelumnya kami disuruh datang hari Senin, tapi lalu diundur menjadi Selasa. Kami berdua tiba disana sekitar pukul 8.30 pagi. Tanpa basa-basi, kami langsung menyodorkan slip pembayaran ke loket bagian pengambilan passpor. Kami disuruh untuk menunggu sebentar. Selang sekitar 5 menit, nama kami di panggil. Petugas loket bilang bahwa passpor kami belum jadi. Kami berdua kaget, dan mengajukan protes, bukannya harusnya sudah jadi, kami sudah menunggu sekitar 10 hari sejak wawancara dan bukankah disana ada tulisan besar yang mengatakan bahwa passpor jadi 4 hari setelah wawancara. Lalu kami menanyakan kepastian kapan passpor kami jadi, dan petugas tersebut bilang bahwa kami harus kembali lagi besok Rabu. Saya agak sanksi, karena itu saya desak lagi, "pastinya kapan?". Petugas tersebut dengan entengnya bilang bahwa, " KALAU YANG PASTI-PASTI, HANYA TUHAN YANG TAHU!". Saya kaget mendengar jawaban petugas tersebut. Kenapa harus membawa-bawa Tuhan dan mengkambinghitamkan Tuhan atas keteledoran dan ketidakbecusan kalian dalam pekerjaan. Memang Tuhan Maha Tahu, saya tahu itu, tapi bukan berarti hal itu bisa di jadikan alasan. Saya rasa mereka semakin gila saja.
Kami masih berusaha memohon dengan baik-baik - walaupun rasa marah ini sudah hampir meledak, tolong dicek siapa tahu udah jadi. Lalu petugas itu pergi masuk ke dalam ruangan selama sekitar 10 menit. Dan hasilnya adalah nihil, dia bilang passpor kami belum di tanda tangani. Apa susahnya tanda tangan? Seberapa berat pena mereka hingga tidak bisa menggoreskan pena diatas kertas? Sudah 10 hari, dan passpor saya belum jadi dengan alasan belum di tanda tangani. DASAR MALAS! Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong dan harus kembali lagi pada hari Kamis, itupun masih belum ada kepastian apakah passpor kami sudah jadi atau belum. Ingin rasanya saya lempar pot yang ada di atas meja ke muka petugas tadi.
Tepat hari Kamis sore, teman saya mengambil passpor untuk kesekian kalinya. Saat teman saya datang, petugas itu sedang minum tanpa menghiraukan kehadiran teman saya disana. Teman saya menyodorkan slip pembayaran passpor. Petugas tersebut lalu mencari passpor kami didalam loker. Akhirnya passpor kami jadi, tapi sebelum memberikan passpor tersebut kepada teman saya, petugas tersebut bilang bahwa dia haus, trus apa urusannya dia haus, bukankah dia BARU SAJA minum, kalaupun habis, kenapa tidak refil saja? Ternyata dia meminta dibelikan dua buah minuman kaleng. Teman saya kaget ditodong seperti itu. Petugas tersebut meminta upah atas apa yang sudah menjadi kewajibannya. Karena tidak ingin memperpanjang urusan, akhirnya teman saya membelikan dua buah minuman kaleng kepada petugas yang mengemis tersebut. Setelah itu diapun bangga dan tersenyum, kalau saya disana, saya pasti akan melihat dengan jijik dan kasihan kepada petugas yang "mengemis" tersebut.
Total dibutuhkan waktu sekitar 3 minggu dengan 6 kali bolak-balik ke kantor Imigrasi.
Saat saga bercerita tentang pengalaman saya kepada beberapa orang teman, ternyata mereka juga mengalami masalah yang sama, dan parahnya, kejadian seperti ini sudah menjadi RAHASIA PUBLIK. Teman saya juga bilang bahwa dia salut kepada kami karena menggunakan jalur legal. Dan benar pesan dia, bahwa kami harus sabar kalau membuat passpor dengan cara legal, karena bisa dipastikan pengalaman saya tidak hanya terjadi kepada saya, tapi hampir kepada semua orang yang membuat passpor secara legal.
Para petugas Imigrasi Pekanbaru memang suka main calo dan harus di"tampar" uang dahulu sebagai pelicin. Dan pernah saya melihat seseorang tanpa seragam keluar masuk membawa berkas yang banyak - saya berpikir dia adalah calo, karena selama tiga minggu dia selalu tampak disana berkeliling kantor imigrasi mencari "mangsa". Ternyata petugas dengan calo sudah berteman akrab. Dan parahnya, petugas imigrasi secara terang-terangan "mengemis". Hal ini sungguh miris, mental mereka memang mental pengemis. Harusnya hal seperti ini sudah ditindak oleh pemerintah setempat, tapi saya yakin pemerintah setempatpun juga mengambil bagian.
27.2.11
21.2.11
Yang Penting Marah-Marah Dulu
Terkadang merendahkan diri itu perlu agar orang yang bersangkutan mau menolong kita, bahkan mencaci diri kita sendiri.
selang beberapa hari, saya kembali lagi untuk mengumpulkan berkas permohonan pembuatan passport. Saat itu saya bertemu lagi dengan petugas yang sebelumnya telah menolak untuk menerima berkas saya, karena saat itu sudah jam setengah 4 dan mereka beralasan akan beres-beres karena sudah jam pulang. Tidak lama setelah saya mengumpulkan berkas-berkas tersebut, nama saya di panggil dan ternyata berkas saya tidak lengkap, kurang surat keterangan bekerja. Diantara lima berkas, hanya tiga berkas yang tidak lolos, padahal setahu saya, semua berkas tidak menyertakan surat keterangan kerja didalamnya. Spontan saya tanya lagi untuk memastikan, bagaimana dengan kedua berkas bernama xxx dan yyy, dan petugas tersebut menjawab berkas mereka lengkap. Hal ini tentu membuat saya kaget dan akhirnya saya harus balik kekantor untuk meminta surat keterangan kerja, karena surat tersebut tidak bisa diberikan nanti saat wawancara. Setelah semua lengkap, kami kembali lagi kesana untuk mengumpulkan berkas-berkas tersebut..
Siangnya, seorang teman saya menanyakan berkas asli kepunyaan dia dan istrinya, setelah dicek ternyata kurang satu, KTP teman saya. Kami berdua berencana untuk kembali ke kantor imigrasi bermaksud untuk meminta KTP asli kepunyaannya, karena KTP tersebut dia dapatkan setelah membayar uang sekitar 1,5 juta. Gila, saya dulu bikin KTP di Salatiga hanya bayar 6 ribu, tapi di Pekanbaru harus bayar 1.5 juta untuk 2 KTP dan 1 KK - setelah saya konfirmasi ulang ternyata lewat "pintu belakang".
Sesampainya disana, ternyata petugas tersebut tidak kooperatif, dan menyalahkan saya karena tidak mengecek. Sontak saya kaget, bukannya dia yang bertugas mengecek, dan kami datang dengan baik-baik hanya untuk mengambil KTP "mahal" teman saya. Disana kami dimarahi habis-habisan dan saya cuma bisa minta maaf, walaupun sebenarnya kami tidak salah. Mereka tetap bersikeras tidak mau mengambilkan dengan alasan semua berkas sudah masuk dan susah mencarinya. Bukannya berkas itu hanya masuk sekitar 1.5 jam yang lalu. Buset, ni petugas malas banget carinya. Mereka malah asik menyulut rokok, padahal masih jam kerja - sekitar jam 11 siang. Saya agak sedikit emosi, ingin rasanya melempar petugas tersebut dengan helm - kebetulan saat itu saya sedang membawa helm, tapi apa daya, kami hanya bisa bersabar dengan tingkah para petugas imigrasi yang tidak kooperatif dan memalukan. Akhirnya setelah lama memohon, merendahkan diri sendiri, dan mereka puas memarahi kita, akhirnya dia mau mengambilkan KTP teman saya. Taukah kalian, untuk mengambil KTP yang katanya susah dicari tersebut hanya memakan waktu tidak lebih dari 5 menit.. Memang dasar petugas malas!!
Kejadian diatas terulang lagi, saat saya bermaksud menanyakan nomor passport, karena saya butuh nomor tersebut untuk membeli tiket. Sialnya, kuitansi pembayaran milik salah satu teman saya terselip didalam map permohonan passport dan saya menggunakan KTP teman saya tersebut untuk meminta nomor passport. Hal yang sama terjadi, petugas tersebut bersikeras tidak mau mencarikan dengan alasan sangat susah mencarinya. Setelah puas memarahi saya, dia mengetikkan sesuatu dikomputer dan JREENGGG,,, dia menemukan nomor passport teman saya dalam waktu kurang dari 1 menit didalam komputer tersebut, padahal tadi dia bersikeras tidak mau mencarikan dengan alasan susah carinya. Sungguh ajaib!!Ternyata orang-orang disini suka memarahi orang lain dulu, baru mau membantu dan memberi tahu apa yang kita mau..
PS:bersabarlah kalau anda ke Pekanbaru dan berurusan dengan orang pemerintahan, mereka lebih suka menggunakan otot dulu sebelum bertindak.
selang beberapa hari, saya kembali lagi untuk mengumpulkan berkas permohonan pembuatan passport. Saat itu saya bertemu lagi dengan petugas yang sebelumnya telah menolak untuk menerima berkas saya, karena saat itu sudah jam setengah 4 dan mereka beralasan akan beres-beres karena sudah jam pulang. Tidak lama setelah saya mengumpulkan berkas-berkas tersebut, nama saya di panggil dan ternyata berkas saya tidak lengkap, kurang surat keterangan bekerja. Diantara lima berkas, hanya tiga berkas yang tidak lolos, padahal setahu saya, semua berkas tidak menyertakan surat keterangan kerja didalamnya. Spontan saya tanya lagi untuk memastikan, bagaimana dengan kedua berkas bernama xxx dan yyy, dan petugas tersebut menjawab berkas mereka lengkap. Hal ini tentu membuat saya kaget dan akhirnya saya harus balik kekantor untuk meminta surat keterangan kerja, karena surat tersebut tidak bisa diberikan nanti saat wawancara. Setelah semua lengkap, kami kembali lagi kesana untuk mengumpulkan berkas-berkas tersebut..
Siangnya, seorang teman saya menanyakan berkas asli kepunyaan dia dan istrinya, setelah dicek ternyata kurang satu, KTP teman saya. Kami berdua berencana untuk kembali ke kantor imigrasi bermaksud untuk meminta KTP asli kepunyaannya, karena KTP tersebut dia dapatkan setelah membayar uang sekitar 1,5 juta. Gila, saya dulu bikin KTP di Salatiga hanya bayar 6 ribu, tapi di Pekanbaru harus bayar 1.5 juta untuk 2 KTP dan 1 KK - setelah saya konfirmasi ulang ternyata lewat "pintu belakang".
Sesampainya disana, ternyata petugas tersebut tidak kooperatif, dan menyalahkan saya karena tidak mengecek. Sontak saya kaget, bukannya dia yang bertugas mengecek, dan kami datang dengan baik-baik hanya untuk mengambil KTP "mahal" teman saya. Disana kami dimarahi habis-habisan dan saya cuma bisa minta maaf, walaupun sebenarnya kami tidak salah. Mereka tetap bersikeras tidak mau mengambilkan dengan alasan semua berkas sudah masuk dan susah mencarinya. Bukannya berkas itu hanya masuk sekitar 1.5 jam yang lalu. Buset, ni petugas malas banget carinya. Mereka malah asik menyulut rokok, padahal masih jam kerja - sekitar jam 11 siang. Saya agak sedikit emosi, ingin rasanya melempar petugas tersebut dengan helm - kebetulan saat itu saya sedang membawa helm, tapi apa daya, kami hanya bisa bersabar dengan tingkah para petugas imigrasi yang tidak kooperatif dan memalukan. Akhirnya setelah lama memohon, merendahkan diri sendiri, dan mereka puas memarahi kita, akhirnya dia mau mengambilkan KTP teman saya. Taukah kalian, untuk mengambil KTP yang katanya susah dicari tersebut hanya memakan waktu tidak lebih dari 5 menit.. Memang dasar petugas malas!!
Kejadian diatas terulang lagi, saat saya bermaksud menanyakan nomor passport, karena saya butuh nomor tersebut untuk membeli tiket. Sialnya, kuitansi pembayaran milik salah satu teman saya terselip didalam map permohonan passport dan saya menggunakan KTP teman saya tersebut untuk meminta nomor passport. Hal yang sama terjadi, petugas tersebut bersikeras tidak mau mencarikan dengan alasan sangat susah mencarinya. Setelah puas memarahi saya, dia mengetikkan sesuatu dikomputer dan JREENGGG,,, dia menemukan nomor passport teman saya dalam waktu kurang dari 1 menit didalam komputer tersebut, padahal tadi dia bersikeras tidak mau mencarikan dengan alasan susah carinya. Sungguh ajaib!!Ternyata orang-orang disini suka memarahi orang lain dulu, baru mau membantu dan memberi tahu apa yang kita mau..
PS:bersabarlah kalau anda ke Pekanbaru dan berurusan dengan orang pemerintahan, mereka lebih suka menggunakan otot dulu sebelum bertindak.
4.2.11
Instansi Pemerintah MEMANG Mengecewakan
Hari rabu lalu, saya dan kawan-kawan bermaksud untuk mengurus passport di kantor imigrasi Pekanbaru. Kami berlima datang pagi-pagi sekali ke kantor imigrasi untuk mengambil formulir dan mengisi, dengan harapan tidak antre terlalu banyak nantinya. Kami diharuskan membayar sepuluh ribu untuk formulir yang hanya beberapa lembar kertas dan satu map, saya rasa itu terlalu mahal untuk harga beberapa lembar kertas formulir - tidak sombong, saya pun bisa membuat replikanya dengan sama persis.
Cukup lama saya mengisi formulir tersebut dikarenakan banyak ketidakjelasan kalimat yang tertera dalam formulir tersebut. Berbeda dengan formulir pengurusan passport di Semarang yang didalamnya ada surat pernyataan diri sendiri, di dalam formulir pengurusan passport di Pekanbaru, disertakan surat pernyataan dari orang tua atau wali, dimana menurut saya hal ini kurang tepat, karena saya disini sudah berumur 23 tahun, pertanyaan saya, "Kenapa dalam umur yang segini masih saja harus merepotkan orang tua?" Bukankah batas dewasa dalam aturan hukum adalah 21 tahun. Tapi saya setuju apabila surat pernyataan tersebut diperuntukkan untuk anak-anak, lagipula mereka masih membutuhkan pengawasan dari orang tua.
Selesai mengisi formulir, kami bermaksud untuk menumpuk berkas formulir ke loket yang ada, tapi disana, kami malah "dilempar" ke loket penjaga dengan alasan mengambil urutan antrean. Maka, kami berlima pergi ke loket penjaga dan di suruh untuk menumpuk berkas formulir kami di meja dan disuruh menunggu. Karena penasaran, saya bermaksud untuk melihat apa yang sedang dikerjakannya, maka saya mendatanginya. Saya agak kaget melihat sang penjaga yang hanya menulis nama kami di dalam buku lalu menuliskan kapan kami diharuskan datang lagi di atas map, tanpa mengecek isi berkas didalamnya. Trus untuk apa kami kesana pagi-pagi kalau hanya untuk mengambil urutan antrian saja.
Setelah menuliskan tanggal dan hari dimana kami harus datang lagi, diapun memanggil kami. Diatas map tertera bahwa kami harus datang lagi 2 hari kemudian, karena hari selanjutnya libur. Kami pergi ke loket untuk memastikan kapan kami bisa datang lagi. Penjaga loket bilang bahwa kami bisa datang siang, karena kami berada di urutan ke 34. Sekali lagi kami bertanya, siang yang dimaksud jam berapa, supaya nantinya kami tidak terlalu lama menunggu, dan dia bilang jam setengah 4 aja. Kami bertanya lagi, "Memangnya masih buka?", dan dia bilang, "Masih, kita buka sampai jam 4 kok."
Sore ini, kami datang sesuai jam yang telah di sepakati, jam setengah 4. Kami berlima langsung berjalan menuju ke loket dan mendapati disana tidak ada seorang pun. Bahkan penjaga loket disebelahnya sibuk ngobrol ditelpon, tanpa menghiraukan kami. Saya bilang kepada penjaga loket tersebut, bermaksud untuk mengumpulkan formulir, tapi penjaga loket tersebut malah mengacuhkan kami, dan masih tetap ngobrol di telpon.
Setelah sekitar 5 menit kami menunggu, datang seorang petugas yang ada di loket 1, ketika kami mau mengumpulkan berkas tersebut, petugas tersebut malah bilang datang lagi besok Senin saja. Sontak saya dan teman saya marah-marah dengan sikap petugas imigrasi yang tidak konsisten. Mereka sendiri yang bilang bahwa kami bisa datang jam setengah 4, tapi kenyataannya kami diusir dan harus kembali lagi hari Senin mendatang. Petugas tersebut berdalih bahwa mereka mau beres-beres untuk pulang. Kami semakin marah karena waktu pulang saja masih setengah jam lagi. Spontan saja, kami langsung memaki mereka, tapi kami memaki menggunakan bahasa Jawa - dia cuma mlongo ga tau artinya. Dan dengan perasaan kesal, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
Hal seperti itulah yang membuat saya JIJIK mendengar kata "PNS dan PEGAWAI PEMERINTAH". Mereka cuma duduk - duduk saja sudah dapat gaji - sewaktu saya kesana hari rabu, sekitar jam 8 pagi, banyak petugas yang sudah nongkrong di kantin sambil ngopi dan nggosip, sungguh ironis. Terus terang saya merasa prihatin, buat apa mereka susah payah sekolah tinggi, menghabiskan uang banyak, kalau akhirnya tidak memakai dan mengembangkan ilmu yang telah mereka dapatkan. Bahkan, di tempat imigrasi tadi, ada orang yang menawarkan lewat calo saja, prosesnya tidak ribet, 1 hari langsung jadi, tapi biayanya mahal, bisa 3x lipat. Dan orang tersebut juga bilang, kalau buat passport untuk pertama kali memang prosesnya dipersulit - ya agar para pengurus mau pakai calo, kan mereka bisa dapat "uang tambahan". Yang paling ironis adalah calo tersebut adalah orang "dalam". Trus bagaimana bisa maju kalau petugasnya saja seperti itu.
PS: kalau mau bikin passport, mending jangan di Pekanbaru, kalaupun terpaksa, cari kenalan orang "dalam" siapa tau lebih mudah dan murah.
Cukup lama saya mengisi formulir tersebut dikarenakan banyak ketidakjelasan kalimat yang tertera dalam formulir tersebut. Berbeda dengan formulir pengurusan passport di Semarang yang didalamnya ada surat pernyataan diri sendiri, di dalam formulir pengurusan passport di Pekanbaru, disertakan surat pernyataan dari orang tua atau wali, dimana menurut saya hal ini kurang tepat, karena saya disini sudah berumur 23 tahun, pertanyaan saya, "Kenapa dalam umur yang segini masih saja harus merepotkan orang tua?" Bukankah batas dewasa dalam aturan hukum adalah 21 tahun. Tapi saya setuju apabila surat pernyataan tersebut diperuntukkan untuk anak-anak, lagipula mereka masih membutuhkan pengawasan dari orang tua.
Selesai mengisi formulir, kami bermaksud untuk menumpuk berkas formulir ke loket yang ada, tapi disana, kami malah "dilempar" ke loket penjaga dengan alasan mengambil urutan antrean. Maka, kami berlima pergi ke loket penjaga dan di suruh untuk menumpuk berkas formulir kami di meja dan disuruh menunggu. Karena penasaran, saya bermaksud untuk melihat apa yang sedang dikerjakannya, maka saya mendatanginya. Saya agak kaget melihat sang penjaga yang hanya menulis nama kami di dalam buku lalu menuliskan kapan kami diharuskan datang lagi di atas map, tanpa mengecek isi berkas didalamnya. Trus untuk apa kami kesana pagi-pagi kalau hanya untuk mengambil urutan antrian saja.
Setelah menuliskan tanggal dan hari dimana kami harus datang lagi, diapun memanggil kami. Diatas map tertera bahwa kami harus datang lagi 2 hari kemudian, karena hari selanjutnya libur. Kami pergi ke loket untuk memastikan kapan kami bisa datang lagi. Penjaga loket bilang bahwa kami bisa datang siang, karena kami berada di urutan ke 34. Sekali lagi kami bertanya, siang yang dimaksud jam berapa, supaya nantinya kami tidak terlalu lama menunggu, dan dia bilang jam setengah 4 aja. Kami bertanya lagi, "Memangnya masih buka?", dan dia bilang, "Masih, kita buka sampai jam 4 kok."
Sore ini, kami datang sesuai jam yang telah di sepakati, jam setengah 4. Kami berlima langsung berjalan menuju ke loket dan mendapati disana tidak ada seorang pun. Bahkan penjaga loket disebelahnya sibuk ngobrol ditelpon, tanpa menghiraukan kami. Saya bilang kepada penjaga loket tersebut, bermaksud untuk mengumpulkan formulir, tapi penjaga loket tersebut malah mengacuhkan kami, dan masih tetap ngobrol di telpon.
Setelah sekitar 5 menit kami menunggu, datang seorang petugas yang ada di loket 1, ketika kami mau mengumpulkan berkas tersebut, petugas tersebut malah bilang datang lagi besok Senin saja. Sontak saya dan teman saya marah-marah dengan sikap petugas imigrasi yang tidak konsisten. Mereka sendiri yang bilang bahwa kami bisa datang jam setengah 4, tapi kenyataannya kami diusir dan harus kembali lagi hari Senin mendatang. Petugas tersebut berdalih bahwa mereka mau beres-beres untuk pulang. Kami semakin marah karena waktu pulang saja masih setengah jam lagi. Spontan saja, kami langsung memaki mereka, tapi kami memaki menggunakan bahasa Jawa - dia cuma mlongo ga tau artinya. Dan dengan perasaan kesal, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
Hal seperti itulah yang membuat saya JIJIK mendengar kata "PNS dan PEGAWAI PEMERINTAH". Mereka cuma duduk - duduk saja sudah dapat gaji - sewaktu saya kesana hari rabu, sekitar jam 8 pagi, banyak petugas yang sudah nongkrong di kantin sambil ngopi dan nggosip, sungguh ironis. Terus terang saya merasa prihatin, buat apa mereka susah payah sekolah tinggi, menghabiskan uang banyak, kalau akhirnya tidak memakai dan mengembangkan ilmu yang telah mereka dapatkan. Bahkan, di tempat imigrasi tadi, ada orang yang menawarkan lewat calo saja, prosesnya tidak ribet, 1 hari langsung jadi, tapi biayanya mahal, bisa 3x lipat. Dan orang tersebut juga bilang, kalau buat passport untuk pertama kali memang prosesnya dipersulit - ya agar para pengurus mau pakai calo, kan mereka bisa dapat "uang tambahan". Yang paling ironis adalah calo tersebut adalah orang "dalam". Trus bagaimana bisa maju kalau petugasnya saja seperti itu.
PS: kalau mau bikin passport, mending jangan di Pekanbaru, kalaupun terpaksa, cari kenalan orang "dalam" siapa tau lebih mudah dan murah.
Langganan:
Postingan (Atom)