4.2.11

Instansi Pemerintah MEMANG Mengecewakan

Hari rabu lalu, saya dan kawan-kawan bermaksud untuk mengurus passport di kantor imigrasi Pekanbaru. Kami berlima datang pagi-pagi sekali ke kantor imigrasi untuk mengambil formulir dan mengisi, dengan harapan tidak antre terlalu banyak nantinya. Kami diharuskan membayar sepuluh ribu untuk formulir yang hanya beberapa lembar kertas dan satu map, saya rasa itu terlalu mahal untuk harga beberapa lembar kertas formulir - tidak sombong, saya pun bisa membuat replikanya dengan sama persis.

Cukup lama saya mengisi formulir tersebut dikarenakan banyak ketidakjelasan kalimat yang tertera dalam formulir tersebut. Berbeda dengan formulir pengurusan passport di Semarang yang didalamnya ada surat pernyataan diri sendiri, di dalam formulir pengurusan passport di Pekanbaru, disertakan surat pernyataan dari orang tua atau wali, dimana menurut saya hal ini kurang tepat, karena saya disini sudah berumur 23 tahun, pertanyaan saya, "Kenapa dalam umur yang segini masih saja harus merepotkan orang tua?" Bukankah batas dewasa dalam aturan hukum adalah 21 tahun. Tapi saya setuju apabila surat pernyataan tersebut diperuntukkan untuk anak-anak, lagipula mereka masih membutuhkan pengawasan dari orang tua.

Selesai mengisi formulir, kami bermaksud untuk menumpuk berkas formulir ke loket yang ada, tapi disana, kami malah "dilempar" ke loket penjaga dengan alasan mengambil urutan antrean. Maka, kami berlima pergi ke loket penjaga dan di suruh untuk menumpuk berkas formulir kami di meja dan disuruh menunggu. Karena penasaran, saya bermaksud untuk melihat apa yang sedang dikerjakannya, maka saya mendatanginya. Saya agak kaget melihat sang penjaga yang hanya menulis nama kami di dalam buku lalu menuliskan kapan kami diharuskan datang lagi di atas map, tanpa mengecek isi berkas didalamnya. Trus untuk apa kami kesana pagi-pagi kalau hanya untuk mengambil urutan antrian saja.

Setelah menuliskan tanggal dan hari dimana kami harus datang lagi, diapun memanggil kami. Diatas map tertera bahwa kami harus datang lagi 2 hari kemudian, karena hari selanjutnya libur. Kami pergi ke loket untuk memastikan kapan kami bisa datang lagi. Penjaga loket bilang bahwa kami bisa datang siang, karena kami berada di urutan ke 34. Sekali lagi kami bertanya, siang yang dimaksud jam berapa, supaya nantinya kami tidak terlalu lama menunggu, dan dia bilang jam setengah 4 aja. Kami bertanya lagi, "Memangnya masih buka?", dan dia bilang, "Masih, kita buka sampai jam 4 kok."

Sore ini, kami datang sesuai jam yang telah di sepakati, jam setengah 4. Kami berlima langsung berjalan menuju ke loket dan mendapati disana tidak ada seorang pun. Bahkan penjaga loket disebelahnya sibuk ngobrol ditelpon, tanpa menghiraukan kami. Saya bilang kepada penjaga loket tersebut, bermaksud untuk mengumpulkan formulir, tapi penjaga loket tersebut malah mengacuhkan kami, dan masih tetap ngobrol di telpon.

Setelah sekitar 5 menit kami menunggu, datang seorang petugas yang ada di loket 1, ketika kami mau mengumpulkan berkas tersebut, petugas tersebut malah bilang datang lagi besok Senin saja. Sontak saya dan teman saya marah-marah dengan sikap petugas imigrasi yang tidak konsisten. Mereka sendiri yang bilang bahwa kami bisa datang jam setengah 4, tapi kenyataannya kami diusir dan harus kembali lagi hari Senin mendatang. Petugas tersebut berdalih bahwa mereka mau beres-beres untuk pulang. Kami semakin marah karena waktu pulang saja masih setengah jam lagi. Spontan saja, kami langsung memaki mereka, tapi kami memaki menggunakan bahasa Jawa - dia cuma mlongo ga tau artinya. Dan dengan perasaan kesal, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hal seperti itulah yang membuat saya JIJIK mendengar kata "PNS dan PEGAWAI PEMERINTAH". Mereka cuma duduk - duduk saja sudah dapat gaji - sewaktu saya kesana hari rabu, sekitar jam 8 pagi, banyak petugas yang sudah nongkrong di kantin sambil ngopi dan nggosip, sungguh ironis. Terus terang saya merasa prihatin, buat apa mereka susah payah sekolah tinggi, menghabiskan uang banyak, kalau akhirnya tidak memakai dan mengembangkan ilmu yang telah mereka dapatkan. Bahkan, di tempat imigrasi tadi, ada orang yang menawarkan lewat calo saja, prosesnya tidak ribet, 1 hari langsung jadi, tapi biayanya mahal, bisa 3x lipat. Dan orang tersebut juga bilang, kalau buat passport untuk pertama kali memang prosesnya dipersulit - ya agar para pengurus mau pakai calo, kan mereka bisa dapat "uang tambahan". Yang paling ironis adalah calo tersebut adalah orang "dalam". Trus bagaimana bisa maju kalau petugasnya saja seperti itu.

PS: kalau mau bikin passport, mending jangan di Pekanbaru, kalaupun terpaksa, cari kenalan orang "dalam" siapa tau lebih mudah dan murah.

2 komentar:

  1. Itulah Indonesia sr...
    Gak maju maju

    BalasHapus
  2. sampean ini seperti orang baru saja di negara ini,,itumah dah jadi budaya,,,,

    BalasHapus